Senin, 08 November 2010

Panas..panas..panas

Teringat akan kejadiaan beberapa hari yang lalu..

Sore itu sekitar pukul ½ 6 abang gendut, buncit dan menggemaskan itu menelpon saya untuk bertemu SECEPATNYA (kata-kata ini sering diucapkannya manakala kami akan bertemu padahal ujung-ujungnya saya yang duluan nyampe dan terpaksa saya nunggu lamaaa). Tapi tidak untuk kali ini, giliran dia yang nunggu saya.

Setelah pembicaraan lewat telepon itu saya segera mandi dan tepat pukul 6 sore saya berangkat dari rumah. Berhubung karena jam segitu adalah jam pulang kantor maka yang ada di jalanan tuh MACET nya minta ampun. Saya yang duduk di depan jadi grasak-grusuk setiap kali angkotnya berhenti terutama pas di lampu merah.

Sesekali saya ngobrol dengan pak sopir mengomentari tentang kemacetan jalan raya ini. Berawal dari pembicaraan mengenai kemacetan jalan raya, pak sopir pun mulai bercerita tentang pengalamannya menjadi sopir selama 16 tahun. Tak hanya itu, pak sopir juga bercerita tentang keluarganya. Untunglah pak sopir mau bercerita sehingga saya tidak tambah setres karena kemacetan ini.

Sore beranjak pergi dan kegelapan mulai datang namun saya masih berada di jalan raya. Kemacetan terjadi di mana-mana. Dua kali sudah abang gendut, buncit dan menggemaskan itu menelepon saya menanyakan dimana posisi.

Setiap kali berhenti di lampu merah, hati saya panas. Antirannya panjang sekali. Ingin rasanya saya terbang supaya cepat sampai di tujuan. Tapi apa daya, ngga punya sayap jadinya ngga bisa terbang. Abang gendut, buncit dan menggemaskan itu juga berkali-kali menelpon saya, membuat hati ini tambah panas. Yang ada jadinya saya heboh sendiri dan sesekali menggerutu. Cerita pak sopir pun sudah tidak saya dengarkan lagi. Bila berhasil melewati lampu merah dan jalanan sudah agak lancar, lega rasanya hati ini dan cerita pak sopir pun saya responi dengan baik dan saya sudah bisa tersenyum. Namun pas ketemu lampu merah dan mecet lagi,,, hati ini panas lagi.

Untuk yang ketiga kalinya abang gendut, buncit dan menggemaskan menelpon saya lagi. Kali ini dia marah..
“Kamu dimana, kok lama sekali sampainya. Gara-gara kamu saya jadi membatalkan janji dengan orang”

Loh kok saya yang disalahkan? Situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk saya sampai kesana dengan cepat. Oh ya sebelumnya saya juga ngga tau kalo dia ada janji dengan orang lain. Yang dia katakan waktu ditelpon tadi adalah agar kami ketemu, itu saja.

Akhirnya setelah melewati jalanan yang macet maka sampailah saya di tempat tujuan dan akhirnya saya bertemu dengan abang gendut, buncit dan menggemaskan itu. Wajahnya pahit sekali. Dan dia memarahi saya karena lama sekali datang. Apa hendak dikata, kondisinya jalanan macet.
Tanpa basa-basi akhirnya kami pergi ke tempat dia dan temannya itu janjian. Motor melaju dengan kencangnya. Dan sesampainya disana dia langsung buru-buru masuk kedalam ruangan sedangkan saya menunggunya.

Sungguh-sungguh menguras emosi.

0 komentar:

Posting Komentar