Sore itu sekitar pukul ½ 6 abang gendut,
Setelah pembicaraan lewat telepon itu saya segera mandi dan tepat pukul 6 sore saya berangkat dari rumah. Berhubung karena jam segitu adalah jam pulang kantor maka yang ada di jalanan tuh MACET nya minta ampun. Saya yang duduk di depan jadi grasak-grusuk setiap kali angkotnya berhenti terutama pas di lampu merah.
Sesekali saya ngobrol dengan pak sopir mengomentari tentang kemacetan jalan raya ini. Berawal dari pembicaraan mengenai kemacetan jalan raya, pak sopir pun mulai bercerita tentang pengalamannya menjadi sopir selama 16 tahun. Tak hanya itu, pak sopir juga bercerita tentang keluarganya. Untunglah pak sopir mau bercerita sehingga saya tidak tambah setres karena kemacetan ini.
Sore beranjak pergi dan kegelapan mulai datang namun saya masih berada di jalan raya. Kemacetan terjadi di mana-mana. Dua kali sudah abang gendut,
Setiap kali berhenti di lampu merah, hati saya panas. Antirannya panjang sekali. Ingin rasanya saya terbang supaya cepat sampai di tujuan. Tapi apa daya, ngga punya sayap jadinya ngga bisa terbang. Abang gendut,
Untuk yang ketiga kalinya abang gendut,
“Kamu dimana, kok lama sekali sampainya. Gara-gara kamu saya jadi membatalkan janji dengan orang”
Loh kok saya yang disalahkan? Situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk saya sampai kesana dengan cepat. Oh ya sebelumnya saya juga ngga tau kalo dia ada janji dengan orang lain. Yang dia katakan waktu ditelpon tadi adalah agar kami ketemu, itu saja.
Akhirnya setelah melewati jalanan yang macet maka sampailah saya di tempat tujuan dan akhirnya saya bertemu dengan abang gendut,
Tanpa basa-basi akhirnya kami pergi ke tempat dia dan temannya itu janjian. Motor melaju dengan kencangnya. Dan sesampainya disana dia langsung buru-buru masuk kedalam ruangan sedangkan saya menunggunya.
Sungguh-sungguh menguras emosi.
0 komentar:
Posting Komentar